Saat masih single dulu, kita pasti berpikir kalau menikah adalah salah satu tujuan hidup. Kenyataannya, butuh waktu yang lama untuk bisa membina rumah tangga yang baik dalam ikatan pernikahan. Setiap pasangan pasti punya kesusahannya masing-masing. Bahkan mereka yang nampak sangat harmonis dan jauh dari omongan tetangga perihal rumah tangganya, bisa saja menyimpan banyak masalah.
Satu kata yang mampu memporak porandakan kehidupan berumah tangga
Masalah bisa dimulai dari hal-hal kecil yang nampaknya tidak terasa kita lakukan. Salah satunya adalah sifat egois yang ada dalam diri kita. Siapa yang bisa tahan menghadapi seseorang yang mementingkan diri sendiri? Sebaik, setampan, sekaya apa pun, pastilah tidak ada pasangan yang tahan dengan sikap egois yang mau menang sendiri.
Sifat manusia yang sudah dimiliki sejak nenek moyang
Ego adalah salah satu akar dari banyak masalah yang ada dalam kehidupan ini. Tidak hanya secara pribadi, egois juga bisa berdampak pada kehidupan pernikahan. Bahkan sejak dulu di taman Eden, sifat egois lah yang membuat Adam dan Hawa diusir. Satu orang yang pernah hidup dan mampu melepaskan keegoisan adalah Yesus.
Awal mula timbulnya sikap egois
Keegoisan berasal dari dalam diri, karenanya kita harus bisa mengatasinya sepanjang kehidupan ini. Ketika sifat egois timbul, kita menempatkan diri sendiri melampaui Tuhan atau pasangan. Padahal kita tahu kalau Tuhan harus berada di urutan pertama prioritas kehidupan ini. Jika kita tidak bisa mengendalikannya, kita akan kehilangan hubungan yang baik antara Tuhan maupun kehidupan pernikahan.
Baca juga: Istri Sempurna, Namun Kenapa Sih Suami Masih Sering Selingkuh? Inilah 3 Alasannya
Siapa bilang sulit? Mudah, kok!
Jika kita tahu apa dampak dari mempertahankan sifat egois, seharusnya menghilangkan sifat ini tidak sulit. Kita semua tahu kalau keegoisan selalu berdampak buruk pada kehidupan pernikahan. Namun, kabar baiknya adalah kita semua tahu bagaimana mengatasinya. Kita punya pribadi yang selalu siap menguatkan setiap sifat keegoisan itu timbul. Kita memiliki Yesus.
Alkitab mencatat kalau Yesus banyak dihadapkan dengan pencobaan. Tentu saja salah satunya adalah sifat egois. Jika Yesus bersikap egois, mungkin keselamatan itu tidak akan pernah ada. Setiap kita berhadapan dengan keegoisan, cobalah untuk kembali kepadaNya. Dia pasti punya jawaban bagi setiap kita yang percaya. Kali ini, tugas kita adalah mendengarkan setiap perkenanNya dalam hidup ini.
Membina rumah tangga harmonis tanpa cekcok akibat sifat egois
Ada sebuah quote mengenai pernikahan yang berbunyi, "For this reason a man will leave his father and mother and cleave to his wife, and they will weave their lives into one flesh!"
Terdapat 3 hal yang bisa digarisbawahi, yaitu;
Leave. Menikah berarti meninggalkan orang tua dan keluarga untuk hidup bersama pasangan hidup. Kita harus siap untuk menjadi satu tubuh dengan pasangan.
Cleave. Penikahan bukan tanpa tujuan. Cleave artinya membelah, dimana kita berpisah dengan orang tua atau keluarga untuk memulai sebuah keluarga baru yang utuh.
Weave. Menganyam atau menenun membutuhkan waktu yang lama. Kesabaran adalah salah satu kunci menghasilkan karya terbaik.
Jika keegoisan adalah pergumulan saat ini, coba minta kepada Tuhan untuk memenuhi hidup kita. Kita tahu kalau keegoisan tidak membawa pernikahan menjadi lebih baik, justru sebaliknya. Mengasihi adalah bagaimana kita memberi untuk memberi, bukan untuk menerima.